16 Oktober 2024

Toba (WartaDhana.com): Maraknya isu yang berkembang di masyarakat mengenai keberadaan perusahaan penghasil bubur kertas yang berlokasi di Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) menghasilkan berbagai perspektif baik positif maupun negatif.

Melihat kondisi yang sedang terjadi ini Aliansi Serikat Buruh/Serikat Pekerja unit PT TPL, mulai menyuarakan pendapatnya. Terkait isu negatif yang mengatakan perusahaan melakukan tindakan kekerasan dan kriminalisasi masyarakat di beberapa wilayah, Asben Hutagaol selaku ketua Serikat Pekerja Nasional (PSP-SPN) PT TPL mengatakan bahwa tidak benar  perusahaan menganiaya masyarakat. Dalam mendukung operasionalnya, PT TPL digerakkan oleh karyawannya. Sehingga tidak mungkin karyawan PT TPL melakukan tindakan kekerasan.

“Bahkan pekerja kita yang menjadi korban dan mengalami luka  berat. Tidak hanya itu, dalam kejadian-kejadian sebelumnya, karyawan perusahaan juga menjadi korban dan mengalami cedera serius,” ucap Asben.

PT TPL telah menjalankan komitmennya dengan hadir berkontribusi baik bagi masyarakat dan juga bagi negara.  Mangubung Marpaung selaku Ketua Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan (PUK.SPPP-SPSI) PT TPL, mengatakan bahwa salah satu kontribusi yang diberikan melalui perusahaan terhadap negara adalah dengan pembayaran pajak upah karyawan yang rutin dibayarkan.

“Kontribusinya dengan melakukan pembayaran pajak ke pemerintah, yaitu pajak penghasilan yang dipotong dari karyawan secara rutin setiap bulannya dan wajib dilaporkan. Semuanya bisa dicek di kantor pajak,” ucap Mangubung.

Kontribusi lainnya yang diberikan PT TPL adalah dengan menambah devisa negara. Hal ini disampaikan oleh Dearmalinson Silalahi sebagai Ketua Serikat Buruh Sejahtera Independen (PK-SEJATI) PT  TPL. Dearmalinson mengatakan bahwa setiap harinya perusahaan menghasilkan produk sebanyak 500-600 ton per hari yang siap untuk di ekspor ke luar negeri.

“Dengan adanya ekspor produk perusahaan yang mampu memperluas pasar bagi Indonesia tetapi juga menambah devisa negara,” ujar Dearmalinson.

Tak bisa dipungkiri, PT TPL juga telah berkontribusi dengan memberikan lapangan perkerjaan terutama dengan mengedepankan masyarakat lokal di wilayah operasional perusahaan. Terdapat 1.200 karyawan tetap PT TPL yang mayoritas pekerjanya bersuku Batak. Selain itu juga, PT TPL menjalin kerjasama kemitraan dengan 4.600 mitra kerja perusahaan di berbagai bidang operasional.

“Bisa dicek langsung, banyak putra daerah setempat yang bekerja di PT  TPL. Selain itu contohnya pekerja yang berada di bagian pembibitan merupakan mitra kerja yang berasal dari daerah sekitar perusahaan. Contoh lainnya lagi, PT TPL juga bermitra dengan masyrakat setempat untuk menggunakan jasa transportasi pengangkutan bahan baku dan juga hasil produksi perusahaan. Dari sini kita bisa melihat bahwa PT TPL hadir berkontribusi untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat,” tambah Dearmalinson.

Untuk menyikapi banyaknya informasi yang beredar, Ketua Serikat Buruh Independen (DPK-SBI) PT TPL, Pantas Sitorus mengatakan bahwa masyarakat jangan mau ikut terprovokasi.

“Mari kita cari fakta dan kebenarannya. Masyarakat juga harus cermat dan tidak terprovokasi menanggapi informasi tidak benar yang beredar,” ujar Pantas.

PT TPL menghormati huku berlaku di Indonesia dan dalam operasionalnya, PT TPL selalu menjungjung tinggi hak-hak masyarakat dan komunitas yang ada di wilayah kerja perusahaan dengan mengedepankan proses dialog yang transparan dan terbuka, katanya. (Rel/mansur Pardede)