11 Desember 2024
Teks foto: Gubernur Sumateara Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meresmikan Museum Djoeang ’45 Sumut di Jalan Pemuda, Medan, Jumat (18/8), sekaligus sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78, tahun 2023

Medan (WartaDhana.Com): Gubernur Sumateara Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meresmikan Museum Djoeang ’45 Sumut di Jalan Pemuda, Medan, Jumat (18/8), sekaligus sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78, tahun 2023. Peresmian itu ditandai dengan gunting pita dan mencoba aplikasi barcode berisi kisah perjuangan masa penjajahan.

Hadir di antaranya Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) Badan Pembudayaan Kejuangan ‘45 Sumut Mayjen TNI Purn M Hasyim bersama para pengurus dan puluhan siswa SLTA. Serta turut mendampingi Kepala Badan Kesbangpol Sumut Ardan Noor dan Kadispora Sumut Baharuddin Siagian, serta sejumlah pejabat lainnya.

Memasuki Gedung Juang ’45, Gubernur langsung menandatangani prasasti peresmian Museum Djoeang ’45 dan selanjutnya meninjau lokasi museum yang terletak di lantai dua gedung tersebut. Sambil berjalan dan melihat, Gubernur mendengarkan kisah perjuangan dan sejarah di masa penjajahan yang ditampilkan pada dinding dalam ukuran besar.

teks foto: Gubsu menandatangani prasasti peresmian Museum Djoeang ’45

Isinya adalah berbagai kisah singkat tengan perjalanan perjuangan bangsa Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Termasuk para tokoh perjuangan yang ada di provinsi ini, baik yang menjadi Pahlawan Nasional maupun nama-nama yang diajukan untuk mendapatkan pengakuan negara. Satu di antaranya seperti Tuan Arsyad Thalib Lubis.

Selain itu, Gubernur juga melihat peninggalan sejarah masa lalu, baik berupa senjata sebagai alat perang, alat komunikasi seperti radio, mesin tik, sepeda tua, hingga lembaran surat kabar yang terbit pada masa merebut kemerdekaan dan setelah proklamasi.

“Inilah agar anak cucu kita tahu sejarah, karena ini penting. Sebab Negara ini bukan pemberian, atau kaisar seperti di Jepang. Negara Indonesia ini diperjuangkan, dari para penjajah pada masa lalu, yang sekarang penjajahnya sudah tidak ada,” sebut Gubernur, usai meninjau lokasi Museum Djoeang ’45 Sumut.

Dengan mempelajari sejarah, lanjut Gubernur, bagaimana seluruh komponen bangsa ini bersatu bersama untuk mengisi kemerdekaan. Meskipun sejatinya penjajahan tersebut tidak berakhir, namun hadir dalam bentuk dan cara yang berbeda. Sehingga tugas generasi sekarang dan yang akan datang, untuk menjauhkan Indonesia dari segala bentuk penjajahan.

Menurutnya, kondisi Gedung Juang ’45 yang didalamnya ada Museum Djoeang ’45 sudah lebih baik dan representatif sebagai museum. Setelah melalui berbagai upaya pemugaran dan perbaikan. Sehingga nantinya akan dapat menarik minat masyarakat, khususnya anak muda untuk datang dan mempelajari sejarah dari berbagai cerita dan peninggalan masa lalu di dalamnya.

“Kalu kita ke Rusia atau Belanda, setiap masuk ke negara itu (perjalanan wisata), yang pertama dibawa adalah ke museum. Inilah pentingnya generasi muda memahami sejarah, agar tumbuh rasa cinta tanah air. Meskipun tak semua orang bisa mahir menceritakan tentang sejarah, tetapi tetap mencintai bangsa ini. Jadi omong kosong itu, kalau dia tak mengenal sejarah. Karena dari situ adalah jati diri (bangsa). Sebab Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai pahlawannya,” jelas Gubernur.

Sementara Ketua DHD Badan Pembudayaan Kejuangan 45 Prov Sumut Mayjen TNI Purn M Hasyim berharap kehadiran museum ini agar generasi muda mau datang kemari dan melihat apa yang ada.

“Ini adalah sejarah bagaimana pahlawan kita khusus yang ada di Sumut, menegakkan perjuangan. Kita bisa lihat, pahlawan yang ada, memang belum jadi pahlawan nasional. Tetapi kita berusaha, karena mereka sudah meneteskan darah dan menyabung nyawa untuk Sumatera Utara ini, sebagai bagian dari Republik Indonesia,” katanya.

Untuk informasi, di dalam museum tersebut, Hasyim mengatakan bahwa data sejarah yang dipamerkan mulai tahun 1942 hingga 1949. Tahun-tahun tersebut merupakan masa yang penuh dengan nilai kepahlawanan, yakni saat merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan smapai agresi militer Belanda kembali ke Indonesia.

“Untuk informasi dan penjelasannya, karena kita ini di era milenial, maka kita siapkan aplikasi melalui barcode di tiap tampilan. Jadi tercantum di situ (di dalamnya) kisah perjuangan dan sudah dicoba tadi oleh Gubernur. Kita juga punya ahli sejarah. Jadi bagaimana masyarakat bisa mengenal dan bangsa ini memberikan penghargaan tinggi terhadap nilai sejarah,” sebutnya. (Winda)