Medan (WartaDhana.Com): Cabang olahraga esports pertama kali akan dipertandingkan memerebutkan medali di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024. Sebanyak 5 nomor akan dipertandingkan.
Sebagai tuan rumah, Pengurus Provinsi (Pengprov) esports Seluruh Indonesia (ESI) Sumatra Utara membidik 2 medali emas. Hal itu dikatakan Ketua Harian ESI Sumut Max Wilander Simanihuruk mewakili Ketua Umum Brigjen TNI Asep Jauhari Puja Laksana
“Esports cabang baru yang dipertandingkan di PON 2024. Sebagai tuan rumah, sebenarnya ketua berharap dapat 3 medali emas. Tapi realistisnya kita targetkan 2 medali emas,” kata Max Wilander di Posko Informasi PON 2024 di Kantor Dispora Sumut, Rabu (21/6/2023).
Lima nomor yang akan diikuti Sumut antara lain Mobile Legend: Bang Bang Beregu, Garena Free Fire Beregu, PUBG Mobile Beregu, LOKAPALA Beregu, eFootball PES Beregu.
Max mengatakan berkaca dari hasil di eksebisi PON 2021 lalu di Papua, Sumut berhasil merebut medali emas dari nomor Lokapala. Dia berharap bisa melakukan hal yang sama di PON 2024 nanti.
Sementara di nomor lainnya Max memetakan kekuatan rival-rival yang cukup tangguh. Seperti DKI Jakarta dan Lampung.
“Waktu di eksebisi PON Papua lalu, PUBG dijuarai DKI Jakarta. Kebetulan pemain-pemainnya 2-3 orang juara dunia. Pada saat itu Gak ada yang memberikan perlawanan serius. Untuk nomor PES juga diwaspadai dari Lampung karena juga juara dunia. Secara garis besar atlet-atlet DKI Jakarta dan Jawa Barat cukup baik. Tapi kita akan hadapi, kita coba pantau kelebihan dan kelemahan mereka lewat streaming,” tambahnya.
Pengprov ESI Sumut sudah memersiapkan atletnya dengan pelatda sejak tahun lalu. “Kita rata-rata beregu. Untuk jumlah atlet pelatda ada 21 orang. Nanti kita akan mengejar sesuai kuota PB ESI 25 orang atlet, karena kalau jumlahnya masih segitu, ada beberapa nomor tak ada pemain cadangan,” tambahnya.
Sumut sebenarnya punya banyak potensi. Salah satu atlet Sumut dengan nama player Tetew juga disebutnya sudah mengikuti PUBG Mobile Pro League Indonesia Fall 2023. Dia memerkuat Team Dominatus. Diharapkan bisa menjadi andalan.
Namun tak dipungkiri persoalan peralatan jadi kendala. Apalagi esports terkait teknologi. “Kebanyakan dari 4 nomor dari menggunakan handphone. Setiap tahunnya semakin berkembang. Anak-anak pelatda punya kemampuan finansial yang belum cukup matang. Kita berharap ada bantuan juga untuk pengadaaan HP tersebut. Sementara untuk Nomor PES kebutuhannya PS5. Platformnya konsol. Saat ini kita belum punya. Kita masih PS4. Jadi kita ke tempat teman yang punya atau ke rental,” tambah Max.
Kendala lainnya menurut Max adalah para atlet yang masih sekolah tingkat akhir harus menjalani ujian. “Mereka punya banyak jadwal les. Persiapan kuliah. Sulit mengikuti program latihan yang kita berikan dengan 4-5 hari dalam seminggu. Kita berlatih secara online dan offline,” bebernya.
Untuk semakin mematangkan atlet, mereka juga menggelar Kejurda esports di Sumut. Formatnya open turnamen. Dari kejurda ini diharapkan menjadi ajang para atlet bertanding. “Kita terapkan sistem promosi dan degradasi. Jadi mungkin dari kejurda ini kita bisa saring atlet baru yang berpotensi,” ucap Max.
Sejauh ini para atlet masih berlatih terpisah sesuai dengan kategori game yang dipertandingkan. Mereka berharap bisa disatukan dalam satu lokasi.
“Freefire di Griya Riyatur kantor ESI Sumut. Nomor Lokapala di daerah tanjung anom. PES pindah-pindah karena menggunakan konsol ke rental di Game Nation Setia Budi II. Mobile legend dan PUBG mobile di daerah Johor di bagi beberapa titik,” jelasnya.
Saat ini para atlet dilatih empat pelatih, meskipun ada 5 nomor yang diikuti. “Sertifikasi pelatih yang kita punya melalui garudaku adalah 2 orang Tier B dan Tier C,” katanya.
Sementara itu Wasping KONI Sumut untuk cabor E-Sport Muhammad Syahrir mengatakan saat ini yang harus jadi catatan adalah pengadaan peralatan. Untuk itu dia minta segera ditindaklanjuti Dispora Sumut.
“Hebat pun atletnya kalau mereka ketinggalan kecepatan HP dan tidak ada konsol. Ini jadi catatan penting kita. Selain itu sebenarnya banyak atlet pro kita dari Sumut di luar, tapi sulit kita menariknya karena memang mereka sudah punya penghasilan yang besar berkali lipat dari yang di dapat di sini. Dan belum ada aturan mereka harus balik kandang,” pungkasnya. (Winda)