Medan (WartaDhana): Jejak memutuskan mengikuti jejak bapaknya, terjun ke politik, Gibran Rakabuming Raka menggeser pusat negosiasi politik dari Jakarta ke Surakarta ( Solo ). Walikota Surakarta tersebut menjadi langganan safari politik pimpinan Parpol. Pimpinan Parpol yang sekaligus menjadi anggota Kabinet Jokowi pun berlomba- lomba membuat program kegiatan demi mendukung sekaligus merebut hati “putra presiden”, walikota Surakarta. Pimpinan Parpol non parlemen pun tidak mau kalah, yang penting dapat perhatian sang walikota.
Fenomena ini sangat berbeda dengan anak- anak presiden sebelum Jokowi. Tidak ada seorang pun yang terjun jadi kepala daerah. Sebelum periode Jokowi, negosiasi politik melalui “anak/ menantu presiden” sangat tertutup. Kita tidak pernah menyaksikan ada pimpinan Parpol yang “cari muka” kepada keluarga presiden secara terbuka. Negosiasi politik menjadi terbuka setelah anak dan mantu Jokowi memilih mengikuti jejak orangtua, menjadi walikota. Keterbukaan negosiasi politik itu semakin terang benderang karena para pimpinan Parpol juga genit di depan kamera pemburu berita. Media pers dan media sosial pun “semakin ramai” memberitakan dan menyebarluaskan peristiwa itu.
Gibran Rakabuming Raka menyadari betul posisi strategisnya sebagai walikota, sekaligus anak presiden. Maka dengan tangan terbuka, dengan keramahan “khas surakarta”, Gibran menggilir para Pimpinan Parpol tersebut. Gibran mampu menyatukan kegenitan pimpinan Parpol dengan kebutuhan Surakarta. Terjadi perubahan signifikan dalam pembangunan dan penataan Surakarta melalui program kegiatan kementerian/ lembaga yang dipimpin oleh pimpinan Parpol.
Bahkan sejumlah kegiatan kementerian/ lembaga, ormas hingga Parpol pun diselenggarakan di Surakarta, sehingga terjadi peningkatan jumlah wisatawan ke Surakarta. Upaya cari muka pimpinan Parpol pun berlanjut dengan memberi sejumlah tawaran politik ke Gibran. Ada yang menawarkan sebagai Cagub di Jawa Tengah, Cagub di DKI Jakarta, hingga menjadi Cawapres pendamping Prabowo Subianto. Mereka bahkan tidak peduli bahwa Gibran tidak memenuhi batas minimum usia sebagai Cawapres.
Kegenitan politik ternyata tidak hanya milik pimpinan Parpol. Pimpinan relawan Jokowi juga tidak mau ketinggalan. Setelah menunjukkan pertengkaran di tingkat pusat, antara relawan Jokowi yang dihimpun PDIP versus relawan musra, relawan Jokowi di daerah pun tidak mau ketinggalan bermanuver. Maka bak gayung bersambut, relawan Gibran dan relawan Jokowi se Jawa Tengah dan se Jawa Timur bertemu dengan Prabowo di Surakarta, Jumat (19/5/2023) . Bahkan kelompok relawan Jokowi secara terbuka menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai Capres 2024, bukan kepada Ganjar Pranowo. Gibran berhasil memfasilitasi “dahaga” para elit politik, baik elit Parpol maupun relawan.
Prabowo Subianto yang akan kembali bertarung untuk ketiga kalinya sebagai Capres 2024 tentu sumringah menyambut dukungan tersebut. Sebab dukungan relawan Gibran dan Jokowi diyakininya sebagai wujud dukungan Gibran dan Jokowi. Mungkin pendukung Ganjar Pranowo pun akan kebingungan dengan “manuver politik” putra presiden, kader PDI Perjuangan, Gibran Rakabuming Raka.
Kongres Rakyat Nasional ( Kornas) sebagai rekan juang politik Ganjar Pranowo mengajak seluruh relawan, simpatisan, pendukung Capres Ganjar Pranowo untuk melihat manuver Gibran itu secara jernih dan positif. Gibran sedang melakoni perannya barunya sebagai pusat negosiasi politik nasional. Gibran berhasil memaksa perubahan lokasi negosiasi politik dari Jakarta ke Surakarta. Maka langkah dan manuver politik Gibran justru harus diapresiasi.
Dukungan relawan Gibran dan Jokowi kepada Prabowo Subianto di Solo juga harus ditanggapi secara positif sebagai manuver politik biasa. Peristiwa itu harus dimaknai sebagai upaya membangun kompetisi politik yang sejuk dan damai. Pergeseran dan perubahan arah dukungan politik relawan Gibran dan Jokowi di Solo harus dijadikan cambuk untuk lebih serius menggarap dukungan rakyat. Pimpinan Parpol dan relawan harus dimaknai sebagai kelompok elit politik yang setiap saat dapat berubah sesuai kepentingan dan kebutuhannya.
Rekan juang politik, relawan, simpatisan Ganjar Pranowo tidak perlu “baper” atas pernyataan dukungan relawan Jokowi di Solo kepada Prabowo Subianto. Pergeseran dan perubahan peta dukungan tersebut harus dijadikan sebagai pemicu dan pemacu semangat agar bergerak lebih cepat dan luas ke rakyat. Rakyat harus didorong dan difasilitasi secara proaktif untuk mengenal dan mensosialisasikan Ganjar Pranowo. Sebab pada akhirnya, suara rakyatlah sebagai penentu kemenangan kompetisi politik di Pemilu 2024.
Sutrisno Pangaribuan
Presidium Kongres Rakyat Nasional ( Kornas).