Pada akhir 2019 lalu, dunia dihebohkan dengan kedatangan virus baru yakni COVID-19 yang diduga berasal dari Negeri Tirai Bambu. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan akut seperti demam di atas 38°C, batuk dan sesak napas bagi manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernapasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian. COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara.
Bentuk COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron (cairan saluran nafas/ swab tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-19 seperti virus yang memiliki mahkota.
Kemunculan COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga berdampak pada sektor perekonomian. Bahkan, virus yang sudah memasuki wilayah Indonesia sejak Maret lalu juga menghambat aktivitas pendidikan seperti ketidakefektifan dalam berkomunikasi khususnya pada kegiatan pembelajaran Efektivitas komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang mampu mencapai tujuan dari isi pesan tersebut dan memberikan feed back atau reaksi, sehingga pesan pun berhasil tersampaikan dan menimbulkan sebuah komunikasi yang efektif. Adanya COVID-19 ini menyebabkan efektivitas dalam proses pembelajaran seluruh pelajar baik di dunia maupun di negara Indonesia menjadi terganggu.
Hal ini terjadi karena pemerintah mulai menerapkan sistem jarak sosial (social distancing) agar dapat menekan pertumbuhan coronavirus yang dapat menimbulkan lebih banyakkematian sehingga proses pembelajaran yang awalnya dilakukan dengan tatap muka (face to face) harus berubah menjadi daring.
Berbagai dampak dari ketidakefektifan komunikasi yang ditimbulkan akibat COVID-19 dalam proses pembelajaran bagi pelajar mulai terjadi seperti : pelajar yang berada di pelosok daerah sulit mendapatkan jaringan sehingga komunikasi dalam kegiatan pembelajaran menjadi terganggu. Kesulitan dalam memahami materi maupun tugas yang diberikan oleh pengajar karena tidak langsung bertatap muka. Belum lagi mahasiswa yang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik, banyak ditemukan dari mereka yang lebih memilih untuk membuka aplikasi media sosial atau bahkan bermain game online.
Sedangkan pada saat E-Learning hanya digunakan untuk sekedar mengisi absen saja. Tentu proses komunikasi selama pembelajaran menjadi tidak efektif dan sangat merugikan bagi pelajar itu sendiri.
Dalam hal ini memerlukan adanya strategi yang dapat meminimalisir ketidakefektifan komunikasi pada proses pembelajaran dimasa pandemi. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan tidak terus dibiarkan dan menjadi kerugian. Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam hal ini yakni harus berasal dari diri sendiri.
Setiap individu harus mulai menanamkan kefokusan dalam kegiatan pembelajaran sehingga komunikasi yang dihasilkan antara pengajar dengan pelajar dapat berjalan dengan baik. Materi yang disampaikan oleh pengajar pun bisa dicerna dengan mudah. Selanjutnya, adanya kerjasama antara pengajar dengan pelajar untuk saling membantu dalam proses belajar mengajar di masa COVID-19. Misalnya pengajar mengomunikasikan terkait materi apa saja yang perlu disampaikan. Sebaliknya pelajar pun wajib bertanya apabila tidak memahami suatu materi atau tugas yang diberikan. Terakhir, harus adanya solusi dari pemerintah terkait para pelajar yang berada di pelosok daerah seperti pemberian bantuan berupa hal-hal yang mendukung proses pembelajaran selama COVID-19. Dengan demikian efektivitas komunikasi pada proses kegiatan beajar mengajar di masa COVID-19 dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Penulis : Diah Novita, Mahasiswa Semester VI, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara