Medan (Wartadhana) : Dr Ir Hj Wan Hidayati MSi menjadi sosok perempuan yang paling penting di balik sukses terpilihnya kawasan Danau Toba sebagai Geopark Kaldera oleh UNESCO
Bermula tahun 2015, ketika banyak tokoh menyuarakan aspirasi agar Danau Toba bisa masuk ke dalam Unesco Global Geopark. Beberapa tokoh yang gencar menyuarakan itu antara lain dari Kementerian Pariwisata, Pemprov Sumatera Utara (Dr Ir Hj R. Sabrina Msi, sekarang Sekda Provinsi Sumut), RE Nainggolan, Gagaran Sembiring, Alimin Ginting dan lainnya.
Pada tahun itu juga perjuangan dimulai, dan akhirnya mendapat predikat dossier. Artinya, masih harus dilengkapi banyak dokumen. Kemudian, pada tahun 2017 dibentuk tim percepatan yang diketuai Nur Azijah Marpaung yang pada waktu itu menjabat Wagubsu masa Gubernur T. Erry Nuradi. Ia memerintahkan agar membentuk tim percepatan Kaldera Toba, dan ini adalah atas desakan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menko Kemaritiman.
Pada saat itulah perjuangan kita berlanjut di Badan Pengelola GKT, yang terdiri dari GM Wan Hidayati, Wakil GM Gagarin Sembiring, disertai Debbie Rianni Panjaitan, Unggul Sitanggang dan banyak lagi. Termasuk pakar-pakar yang diketuai RE Nainggolan, Prof. Zulkifli Nasution termasuk juga di dalamnya Wilmar Simanjorang. Kesimpulan sementara, terdapat 16 geosite yang terbentuk dan duainformation centre (Corry Panjaitan dan Wilmar Simanjorang).
Dikatakan Hidayati, perjalanan ini tidaklah mudah. Perbaikan demi perbaikan sesuai kreteria Unesco terus dilakukan dengan polaself assessment. “Kami juga melakukan assessment dari dalam (diri kami sendiri). Lalu membuat dossier dan itu harus selesai November tahun 2017. Kami kerja tak kenal waktu, pagi, siang, malam menggumpulkan data melihat bagaimana dossier yang baik agar dapat diterima Unesco.
Tepatnya pada November, dossier selesai lalu dikirim ke Unesco disertai surat Kemenko Kemaritiman. Menko Luhut memberikan dukungan penuh atas proses ini. “Akirnya do ssier pun diterima,” ujar Wan Hidayati, kepada wartawan baru-baru ini di Kantornya.
Dalam hal ini, Dossier itu bukanlah buku atau dokumen yang gampang. Di dalamnya terdapat janji-janji dari badan pengelola, terdapat juga informasi potensi Kaldera Toba Geopark, di samping terdapat international meaning Kaldera Toba itu sendiri.
“Kami mendapat satu rekomendasi yaitu di bulan Februari harus memperbaiki peta deliniasi. Setelah peta garis batas tersebut dikirmkan, maka keluarlah rekomendasi Unesco pada April 2018. Kemudian, Badan Pengelola GKT mendapatkan surat pernyataan lulus dalam persyaratan pertama. Artinya, dossier diterima,” jelas Hidayati.
Nah, keluarlah surat bahwa tahap kedua akan dijalani yaitu kunjungan assessor di Agustus 2018. Ketika itu, pada waktu itu Plt Gubernur Sumut Eko Subowo memerintahkan BP GKT bersiap-siap, didukung BPODT (Badan Pelaksana Otorita Danau Toba) dan seluruh stakeholder serta dan partnership. Mereka yang mendukung termasuk perusahaan-perusahaan yang ada disekitar Danau Toba, yaitu PT Inalum, Pertamina. Dukungan lain datang dari Bank Indonesia dan Pelindo.
Dapat kita ketahui bahwa Assessment dilakukan selama empat hari dan pihak Unesco menguji secara ketat. “Kami harus bisa menjawab apa yang mereka tanyakan dan harus bisa memperlihatkan apa yang sudah kami jawab sehingga terjadilah ujian yang sangat berat. Dari 16 geosite kami berkeliling di enam geosite karena keterbatasan waktu, lalu assessor Unesco mencatat semua apa yang terjadi. Akhirnya keluarlah rekomendasi yang isinya ada sembilan dan rekomendasi harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu dua tahun,” ujar Wan Hidayati.
Setelah itu, Badan Pengelola GKT minta arahan Kementerian, Pemprovsu, dan juga Kemenko Kemaritiman. Kami diberi waktu tiga bulan untuk menuntaskan rekomendasi Unesco tersebut.
“Kita saling bahu-membahu menuntaskan rekomendasi dari Unesco. Antara lain aspek visibility sepeti gapura, penunjuk arah, dan lain-lain. Yang kedua, master plan. Ketiga, pendidikan berbasis sekolah dasar, dilengkapi pendidikan lingkungan hidup serta mitigasi bencana. Keempat, kelengkapan standar seperti information center termasuk informasi geopark dunia. Kelima, komitmen perlindungan terhadap situs-situs dalam bentuk regulasi. Keenam, peta overlay kebudayaan dan deliniasi. Semua hasil kerja keras kami, segera dikirim ke Unesco,” tambahnya.
Tahun lalu, tepatnya pada saat bulan puasa, Wan Hidayati bertolak ke Yunani. Selama 40 hari. Selama disana kita manfaatkan waktu di untuk mengikuti kursus geopark yang diselenggarakan Unesco. Di situlah, Indonesia dipandang serius oleh Unesco. “Saya juga manfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan seluruh orang-orang Unesco. Ini bentuk keseriusan kami,”tambah Hidayati.
Lebih lanjut lagi dikatakan Wan Hidayati, pada 31 Agustus 2019, pengelola Rinjani, Lombok menjadi tuan rumah Simposium Asia Pasific Geoparks Network (APGN). Hadir 16 council yang ikut rapat tetapi ada dua yg keluar, sehingga ada 14 council yang mengatakan setuju atas kelulusan Toba Kaldera Geopark menjadi UGG.
“Tentu saja membuat kita semua bersyukur, bukan hanya saya tentu seluruh masyarakat di sekitar danau Toba, Sumatera Utara dan Indonesia. Hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa dimana Kaldera Toba menjadi geopark kelima di dalam anggota Unesco di Indonesia.
Selain itu juga dikatakan Wan Hidayati, saya sebagai GM Geopark Kaldera Toba pun merasa lega atas hasil akhir yang didapat. Namun demikian, masih ada tugas besar, antara lain meningkatkan semua performance yang ada di Toba sehingga benar-benar sesuai dengan kriteria Unesco, katanya.
“Kita mengharapkan konservasi yang optimal, revitalisasi budaya optimal, selanjutnya pemberdayaan masyarakat dan keluarga berketahanan harus dijaga dan ditingkatkan selain itu juga pentingnya penguatan dan pemberdayaan semua partnership atau mitra kerja saling mendukung untuk bangga memiliki Toba Kaldera Geopark,” harapnya.
Menyinggung banyak pihak yang menyesalkan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumut yang memutasi jabatan Hidayati dari Kadis Pariwisata Sumut ke Dinas Kependudukan dan KB, di tengah perjuangannya meloloskan Danau Toba masuk geopark kaldera, penyuka alat musik piano dan biola ini hanya tersenyum.
Menurut dia dimanapun posisi jabatan yang diberikan harus ditekuni agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Sumut.
Apalagi sebut dia dinas yang dipimpinnya saat ini juga masih punya keterkaitan erat dengan sejumlah sektor yang harus terus dibenahi agar geopark kaldera Danau Toba bisa terus dipertahankan.
Sejumlah sektor tersebut di antaranya pembentukan keluarga sejahtera, pembinaaan kestabilan ekonomi dan penguatan karakter keluarga hingga nantinya mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di wilayah itu.
Hidayati mengaku tak banyak berharap di akhir masa pensiunnya sebagai ASN, namun hanya ingin benar-benar mengabdi.
“Saya yakin seluruh masyarakat khususnya kawasan Danau Toba turut senang dengan terpilihnya wilayah itu masuk geopark kaldera,” ucapnya.
Terlebih yang menjadi obsesinya kelak masyarakat di wilayah itu akan semakin sejahtera dan membuka mata dunia bahwa Danau Toba menyimpan sejumlah potensi kebudayaan dan filosofi kearifan lokal yang bermutu dan berkualitas
Dijelaskan Hidayati, Unesco akan mempromosikan Danau Toba ke seluruh dunia dalam website Unesco dan seluruh negara akan melihat bagaimana indahnya Danau Toba. Mungkin selama ini orang-orang hanya mengenal Bali tetapi saat ini sudah waktunya Danau Toba dikenal dunia. Karena diakuinya oleh dunia, pastilah orang-orang ingin melihat apa yang bagimana objek yang diakui oleh Unesco tersebut. Akhirnya kita akan melihat dan mendoakan bagaimana wisatawan akan datang berkunjung, kemudian investor-investor akan menawarkan untuk pembangunan.
Masyarakat di sekitar Toba harus produktif. Harus ada kegiatan peningkatan kapasitas warga memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar Danau Toba. Bila perlu, pihaknya akan mendatangkan pakar untuk mendidik masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
Dan, yang tidak kalah penting lagi, pihaknya akan meningkatkan sinergitas seluruh Kabupaten yang ada di sekitar Danu Toba, kemudian mengkoordinasikan dengan Pemprov dan juga pemerintah pusat. Itu semua agar tidak ada potensi konflik di sana. Terlebih yang menjadi obsesinya kelak masyarakat di wilayah itu akan semakin sejahtera dan membuka mata dunia bahwa Danau Toba menyimpan sejumlah potensi kebudayaan dan filosofi kearifan lokal yang bermutu dan berkualitas, kata Hidayati. (Winda)